Lima Indikasi Kebangkrutan Batavia Air

Pengadilan Niaga Jakarta Pusat telah mempailitkan PT Metro Batavia yang merupakan pengelola Batavia Air. Tuntutan tersebut diajukan oleh pihak International Lease Finance Corporation (ILFC) yang mempunyai piutang sebesar USD 4,68 juta (Rp 45,38 miliar).

Pihak Batavia Air terbukti tidak bisa membayar utang tersebut pada tanggal jatuh tempo 13 Desember 2012 lalu. Namun, pemberhentian operasi maskapai dalam negeri tersebut tidak semata karena pailit. Sebelumnya, perusahaan milik Yudiawan Tansari ini telah menunjukkan tanda-tanda menuju kebangkrutan. Berikut indikasinya :


  • Gagal Menang Tender Haji
Gagalnya Batavia Air dalam memenangkan proyek keberangkatan haji dinilai menjadi salah satu faktor penyebab kegagalan maskapai ini untuk mengeruk pundi-pundi dari penumpang yang menuju Tanah Suci.

Menurut PR Manager Batavia Air Elly Simanjuntak, ketertarikan Batavia Air terhadap tender maskapai pemberangkatan haji telah membuat manajemen menyewa Airbus 330 white body. "Tapi ternyata tiga tahun berturut-turut Batavia Air tidak mendapatkan proyek haji. Sehingga terjadi tunggakan-tunggakan pembayaran," ujar Elly Simanjuntak.


  • Dijual ke AirAsia
Juli lalu, Batavia Air dan AirAsia telah mengumumkan rencana mereka untuk bergabung menjadi satu. Rencananya, Batavia Air akan membeli AirAsia dengan anggaran sekitar Rp 700 miliar. Batavia Air diyakini dapat memfasilitasi ekspansi maskapai dari Malaysia itu di pasar Indonesia.


  • Mengurangi Rute Penerbangan
Pihak Kementerian Perhubungan sebelumnya telah mengatakan terdapat beberapa tanda Batavia Air akan pailit. Pihaknya telah mengetahui bahwa keadaan keuangan Batavia Air dalam kondisi sulit!? Untuk mengurangi beban perusahaan, Batavia Air mengurangi sejumlah rute penerbangan. Tercatat sebanyak 20 rute dikurangi. Jika sebelumnya 64 rute, hingga Januari tinggal 44 rute.


  • Utang yang Menumpuk
Sebelum digugat pailit oleh pihak International Lease Finance Corporation (ILFC), rupanya Batavia juga sudah digugat oleh Lufthansa karena menunggak untuk perawatan pesawat sebesar USD 4,4 juta. Selain Lufthansa, Batavia juga diduga mempunyai utang kepada Abacus International Ltd sebesar USD 766 juta. Namun, pihak Batavia dikatakan telah melunasi utang tersebut. Sementara itu menurut kajian dari OSK Research Sdn Bhd Batavia mempunyai utang senilai USD 40 juta atau sekitar Rp 384,6 miliar.


  • Batal dibeli AirAsia
Rencana akuisisi Batavia Air oleh AirAsia batal Oktober tahun lalu. Hal itu diduga disebabkan oleh utang Batavia Air yang menumpuk.

"Hal ini tidak masuk akal untuk AirAsia karena menambah risiko dengan adanya utang tersebut. Ditambah, armada maskapai tersebut juga sudah menua," papar OSK Research dalam laporannya. 

Selain itu, maskapai yang dipunyai Batavia Air yaitu Boeing jenis 737 boros bahan bakar sehingga menambah biaya operasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nobody junk and spam, oke brur !